24 January 2024
Harga minyak dunia menunjukkan kestabilan sebagian besar, dipengaruhi oleh peristiwa di Libya dan pemulihan produksi di North Dakota pasca-badai musim dingin. Pada pasar West Texas Intermediate (WTI), harga kontrak Maret mengalami penurunan sebesar 39 sen atau 0,52%, menetap di level USD 74,37 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Maret turun 51 sen atau 0,64%, mencapai USD 79,55 per barel.
Pada hari Minggu, Libya memulai kembali produksi di ladang minyak Sharara yang memiliki kapasitas produksi 300.000 barel per hari. Ladang ini sebelumnya ditutup selama sekitar dua minggu karena protes pekerja. Di sisi lain, produksi minyak di North Dakota perlahan-lahan pulih setelah badai cuaca Arktik menghantam. Produksi minyak turun sekitar 250.000 hingga 300.000 barel per hari pada hari Selasa, dibandingkan dengan penurunan sebesar 700.000 barel per hari pada hari Rabu sebelumnya, menurut otoritas jaringan pipa negara bagian tersebut. Direktur Sumber Daya Mineral North Dakota, Lynn Helms, menyatakan bahwa dibutuhkan waktu satu bulan untuk mengembalikan produksi ke tingkat normal, dan ia meramalkan kinerja produksi pada bulan Januari akan sangat rendah.
Selain itu, harga minyak juga terpengaruh oleh laporan yang beredar tentang usulan Israel untuk jeda pertempuran selama dua bulan di Gaza dengan imbalan pembebasan semua sandera yang tersisa. Hal ini ikut memberikan tekanan pada harga minyak dunia, menambah faktor ketidakpastian di pasar energi global.
Mata para trader dengan tekun mengikuti perkembangan konflik di Timur Tengah, mengamati setiap tanda yang mungkin menunjukkan potensi eskalasi menjadi konflik regional, yang berpotensi mengganggu suplai minyak di pasar global. Meskipun Hamas telah melaporkan penolakan terhadap proposal gencatan senjata, diplomasi masih berada di jalur, terbukti dengan perjalanan Utusan AS Brett McGurk ke wilayah tersebut. McGurk terlibat dalam diskusi yang sangat serius dan berkomitmen untuk mencapai kesepakatan terkait penyanderaan dan kemungkinan jeda kemanusiaan dalam pertempuran.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menjelaskan dalam sebuah konferensi pers bahwa diskusi-diskusi ini dilakukan dengan serius, mencerminkan upaya keras untuk mencapai kesepakatan penyanderaan yang dapat memberikan dampak positif dalam mengatasi krisis ini. Di tengah situasi yang tegang, pertempuran yang sengit terus melanda Gaza selatan, khususnya dengan militer Israel yang melakukan pengepungan di kota Khan Younis. Serangan terbaru menyebabkan korban jiwa yang signifikan, termasuk 21 tentara Israel tewas dalam satu serangan, menandai jumlah korban terbesar sejak dimulainya konflik ini. Situasi ini semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar, menciptakan tantangan baru dalam dinamika pasokan minyak global.
Harga minyak mengalami kenaikan sekitar 2% pada hari Senin setelah serangan yang diduga dilakukan oleh Ukraina dengan pesawat tak berawak terhadap terminal bahan bakar utama Rusia di Laut Baltik. Insiden ini menyoroti ancaman geopolitik terhadap pasokan minyak mentah.
"Serangan oleh pasukan Ukraina terhadap perusahaan Rusia Novatek di Baltik merupakan pengingat tepat waktu bahwa perang yang lebih besar dan lebih berpengaruh masih berlangsung," tulis John Evans dari PVM Oil Associates dalam sebuah catatan.
Sementara itu, AS dan Inggris meluncurkan serangan udara lainnya terhadap militan Houthi di Yaman. Militan tersebut telah secara berulang kali menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah selama dua bulan terakhir, memaksa kapal-kapal kontainer dan kapal tanker minyak untuk menghentikan sementara transit melalui jalur air utama tersebut.
Dalam konteks lain, China tengah mempertimbangkan paket penyelamatan senilai USD 278 miliar untuk mendukung pasar sahamnya yang sedang mengalami kesulitan. "Sebuah paket penyelamatan di China akan meningkatkan ekspektasi permintaan minyak," ungkap Phil Flynn, seorang analis dari Price Futures Group.
Para trader, selama berbulan-bulan, telah diliputi kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi di RRT yang berpotensi menurunkan permintaan terhadap minyak mentah. Dinamika geopolitik dan tindakan pasar keuangan global terus menjadi faktor utama yang mempengaruhi fluktuasi harga minyak.