20 October 2023
Jakarta , JABODETABEK.INFO - Pemerintah memiliki misi di bidang pendidikan dalam mencapai Indonesia Emas 2045. Misi itu tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
Salah satu sasaran utama dari misi untuk 2045 adalah meningkatkan daya saing sumber daya manusia. Hal ini dilakukan dengan transformasi sosial untuk pendidikan yang berkualitas dan merata.
Indikator untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dan merata yang dimaksud antara lain :
1. Hasil Pembelajaran: rerata nilai PISA meningkat, rerata lama sekolah penduduk meningkat, dan harapan lama sekolah juga meningkat.
2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi: 31,19 % (2021)
3. Persentase pekerja lulusan pendidikan menengah dan tinggi yang bekerja di bidang keahlian menengah tinggi.
Rerata Lama Sekolah Orang Indonesia
Berdasarkan data yang diolah lembaga riset bidang pendidikan, Asa Dewantara, rerata lama sekolah di Indonesia ada pada angka 8,6 tahun, dengan tren kenaikan signifikan dari tahun 1990 hingga 2006. Tren ini turun pada 2006 ke 2007 dan kembali mengalami kenaikan dari 2007 hingga 2021.
Jika dilihat dari dua periode kenaikan, periode 1990-2006 mengalami kenaikan 0,3 tahun. Sementara tahun 2007-2021 hanya naik 0,11 tahun.
Angka rerata lama sekolah di Indonesia (tahun 2021) masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia yang mencapai 10,7 tahun. Tertinggal jauh dari Singapura dengan angka 11,9 tahun.
Di Eropa, rerata lama sekolah yang lebih tinggi dari Singapura ada Swedia dengan 13,9 tahun, Inggris dengan 13,4 tahun, Montenegro 12,2 tahun, dan Jerman 14,1 tahun.
Target Indonesia Sudah Dicapai Negara Lain
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah menargetkan rerata lama sekolah pada tahun 2045 sebesar 12 tahun.
Menurut peneliti dari lembaga riset bidang pendidikan Asa Dewantara, Hamid Abidin, sasaran atau target pemerintah Indonesia pada tahun 2045 tidak sinkron dengan tujuan untuk menciptakan manusia unggul dan tidak berkontribusi untuk membantu tercapainya tujuan.
"Karena kita lihat (dari data), Indonesia menetapkan target 12 tahun di 2045, sementara negara-negara lain pada tahun 2021 sudah mencapai sasaran (Indonesia) tersebut. Ada kesenjangan 25 tahun antara target yang kita tetapkan dengan kondisi negara-negara lain pada saat ini," ucapnya dalam Konferensi Pers daring pada Rabu, (18/10/2023).
"Mungkin target ini akan bisa dicapai, tapi misinya tidak akan tercapai. Kalau dilihat dari grafik, target kita sudah dicapai oleh negara lain pada tahun 2021, sementara kita sendiri ingin mencapainya pada 2045," imbuhnya.
Belum lagi, harapan lama sekolah Indonesia juga masih tertinggal dibanding negara lain di ASEAN. Indonesia saat ini hanya memiliki angka harapan lama sekolah 13,7 tahun, sedangkan Thailand sudah mencapai 15,9 dan Singapura 16,5 tahun.
Angka ini juga memiliki kesenjangan karena Indonesia memiliki target pada 2045 sebesar 14,8 tahun, di mana Singapura dan Thailand sudah mencapai angka itu pada tahun 2021.
Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia
Dalam pemaparan, Asa Dewantara juga menunjukkan bahwa target APK perguruan tinggi Indonesia pada tahun 2045 juga sudah dicapai Singapura.
Saat ini, APK perguruan tinggi Indonesia hanya 36,31 % dan target pada 2045 mencapai 60 %. Sementara Singapura per 2021 sudah memiliki APK perguruan tinggi Indonesia sebesar 91,08 %.
Dalam hal ini, Abidin menyoroti terkait sasaran atau target pembangunan di bidang pendidikan untuk Indonesia Emas 2045.
"Kalau kita lihat misinya, cukup ambisius dan strategis karena diharapkan bisa mewujudkan transformasi sosial untuk membangun manusia yang sehat, cerdas, kreatif, sejahtera, unggul dan berdaya saing," ungkapnya.
"Jadi ini cukup bagus. Sayangnya, berbagai sasaran yang diterapkan pada RPJPN tidak sinkron dan juga tidak mendukung pencapaian misi yang ditetapkan. Bisa saja, target itu tercapai tapi karena kita lihat realitas, target kita sudah dicapai oleh negara-negara lain pada tahun 2021," lanjut Abidin.
Ia juga menilai bahwa sasaran/target-target yang ditetapkan tampaknya mengacu pada perkembangan dan capaian tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Abidin, sasaran/target yang ditetapkan menggambarkan bahwa berbagai program yang akan dilakukan dalam pembangunan bidang pendidikan menganut prinsip "business as usual" yakni tidak akan ada terobosan dan akselerasi agar bisa sejajar dengan negara-negara lain.
"Khususnya dalam transformasi sosial (bidang kesehatan dan pendidikan), berbagai sasaran/target pembangunan pendidikan belum menunjukkan upaya untuk berakselerasi mencapai berbagai capaian yang telah diraih oleh negara lain di hari ini-bahkan mengunggulinya," tuturnya.
Saran Asa Dewantara untuk RPJPN 2025-2045
1. Misi dan tujuan Pembangunan bidang pendidikan yang ditetapkan dalam RPJPN 2025-2045 dikhawatirkan tidak tercapai karena sasaran/target yang ditetapkan kurang logis dan tidak sinkron dengan misi atau tujuan transformasi sosial yang jadi rujukannya.
2. Merekomendasikan agar sarasan/ target tersebut ditinjau ulang dan direvisi sebelum RPJPN 2023 disahkan menjadi Undang-undang dan dijadikan acuan penyusunan visi, misi dan program presiden dan kepala daerah mendatang, serta jadi rujukan penyusunan RPJMN.
3. Sasaran/target Pembangunan bidang pendidikan dalam RPIPN 2025-2045 diproyeksikan sama dengan sasaran/target yang akan dicapai negara-negara yang bidang pendidikannya dinilai berhasil. Hal ini tentu berkonsekuensi dilakukannya kerja keras, melakukan terobosan dan akselerasi, serta melakukan cara-cara yang tidak biasa.
4. Pembangunan pendidikan di Indonesia menjadi penting karena pada tahun 2035 - sepuluh tahun sebelum 100 tahun Indonesia merdeka. Indonesia digadang-gadang akan mulai merasakan dampak dari bonus demografi, di mana lonjakan penduduk usia produktif akan membawa kemajuan atau beban belaka.
5. Agar bonus demografi Indonesia berdampak positif bagi kemajuan bangsa, tentu menyiapkan generasi yang cerdas, terampil, dan berdaya perlu diupayakan dengan langkah-langkah yang sistemik dan serius.